Powered By Blogger

Selasa, 23 November 2010

Kasus Manajemen Pengetahuan dalam Pendidikan

Ada studi kasus nih… siapa tahu anak-anak mahasiswa bisa bantu memberi masukan/solusi.
Saat saya masuk di bangku sekolah, saya mempelajari 8 kecerdasan manusia disamping beberapa kategori anak berdasarkan IQnya: jenius, sangat cerdas, cerdas, kurang, dsb.
Anak sangat cerdas dan anak kurang merupakan anak-anak yang luar biasa dan unik… Nah saya kebetulan punya adik yang bisa dibilang sangat cerdas, sebab bagi saya ia lebih cerdas dibanding saya…Semenjak kecil hingga kini, ia bersekolah dengan unik…Maksud saya, ketika TK, ia pernah nggak mau masuk kelas, karena bukunya ketinggalan. Ataupun ia tetap masuk kelas, tapi justru malah tidak bisa diam..bukannya menulis, dsb. Persepsi saya ia adalah anak yang memiliki kelebihan di kinestetik n visual.
Saat SD, dia tiga kali pindah sekolah, sebab memang pindah domisili ketika itu. Terkadang kalo ada masalah di sekolah entah itu gurunya galak, atau temannya ada yang jahilin, dia tidak mau masuk sekolah. Namun meski dia tidak masuk sekolah, ia senantiasa di rumah (alias tidak ngelayap kemana-mana). Uniknya, meski sering bolos (pernah dalam 1 semester nggak masuk 30 hari), nilainya bagus-bagus dan senantiasa masuk kelompok terbaik. Tidak jarang saya memergoki ia belajar sendiri di kamar saat bolos. Dari situ saya beranggapan, sebenarnya dia tahu sendiri..kapan ia ‘mood’ belajar dan tahu cara ia belajar. Hanya saat-saat tertentu dia butuh bimbingan/diajari oleh saya. Dahulu, jika saya ajari matematika, ia cepat menyerap, begitupun mata pelajaran lainnya yang logis-analistis.
Kini ia hendak melanjutkan ke SLTA, UAN tinggal 2 bulan lagi. Tiba-tiba semenjak beberapa bulan yang lalu, kembali kebosanan timbul dalam dirinya.. dia malas ke sekolah, sehingga kemaren orang tua saya dipanggil ke sekolah melihat absennya yang banyak. Ortuku mengatakan pada gurunya, meskipun ia tidak masuk sekolah, ia senantiasa di rumah, tidak kemana-mana. Gurunya menyayangkan nilai-nilai dia yang turun. Adikku juga pernah menolak untuk tidak dimasukkan ke kelas tambahan IPA, dimana isinya anak-anak unggulan yang mendapat peringkat di kelas).
Saat ditanyakan oleh orangtua saya kenapa ia nggak suka sekolah kini?
jawabnya: SEKOLAH ITU CAPEK!!! knapa? senin-jum’at sekolah…sabtu minggu HARUS ke sekolah juga ..ikutan TRY OUT! (ia bersekolah di SMPN yang berstandar nasional)
Ia pernah bertanya: Kalau tiap hari masuk… Jadi..kapan donk nggak ke sekolah? Capek…capek!..
namanya juga anak ABG, tau kan perkembangan psikologis anak ABG…
Kini kalau dia lagi malas sekolah kerjaannya adalah menonton tv yang memutar acara musik. Dulu kalau libur, Ia suka menonton acara musik secara live atau nonto di tv, tetapi semenjak ada TRY OUT rutin, sabtu minggu…dia merasakan sekolah itu nggak ASYIK.
Dan hari ini, ortuku kembali terkejut. Ortuku menerima laporan hasil try out. Hasilnya???
Ia peringkat ke-3 di kelas. Saat hendak menerima daftar nilai, gurunya berkata..‘ini yang sering absen n terlambat’.
Ortuku bingung…sebab jikalau dia tidak masuk sekolah lagi, ia terancam dikeluarkan..atau nggak naik kelas (jika nilainya nggak 7 dan 8 mulu). Entah kenapa, kalau masalah nilai aku tak begitu khawatir..sebab semenjak kecil kutahu dia…dia lebih cerdas dalam hal ‘learn how to learn’ dibanding saya.
Sedangkan di lain pihak, jika sabtu dan minggu ini tidak libur, hari senin dia ingin libur…! Huff jadi bingung nih..baiknya gimana yah?
Akibat merasa sekolah tidak menyenangkan, ia ingin melanjutkan ke SMK Pariwisata…meski ia masih bimbang antara SMA dengan SMK..!
So bagi teman-teman yang tahu sekolah negeri (SMK/SMA) yang dapat memfasilitasi orang-orang sangat cerdas dalam arti ‘memanusiakan manusia’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar